Selasa, 03 Maret 2015

PENGERTIAN SHOLAWAT WAHIDIYAH



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang

Bermacam-macam cara telah banyak ditempuh oleh ummat masyarakat dalam melaksanakan operasi mental. Ada yang melalui pengajaran dan pendidikan, lewat sistim da’wah dan penerangan-penarangan agama, menggunakan mass media, surat-surat kabar, majalah, radio, televisi dan buku-buku, melalui perkumpulan atau organisasi-organisasi sosial dan bermacam-macam bentuk pergaulan hidup lainnya. Bahkan ada yang menempuhnya dengan riyadloh - riyadloh badaniyah  dan latihan - latihan kejiwaan atau. kerohaniyahan. Masing-masing dengan methode dan sistimatika yang berbeda-beda.
        Ada banyak sekali macam dan jenisnya doa yang dilakukan orang dengan cara dan bahasa yang berbeda-beda menurut bahasa negara dan bahasa daerah masing-masing, dan mengikuti tuntunan agama atau kepercayaan yang dianut sendiri-sendiri. Rasulullah shollalohu ‘alaihi wasallam bersabda :
الـدعـاء سـلاح الـمـؤمـن ... الحديث. رواه  أبـو يعلى والحاكم عن علىّ

"Doa adalah senjata orang mukmin  ……..” .
Ibarat  “senjata”, maka daya keampuhan dan kegunaan do’a juga berbeda-beda. Antara lain berkaitan dengan pribadi dan kepribadian Pencipta doa, tujuan dan kepentingan apa itu doa dicipta, situasi dan kondisi pada waktu doa itu dicipta, susunan redaksi doa, kaifiyah (cara pengamalan) dan adab-adab ketika berdoa dan kondisi batiniyah dan kejiwaan orang yang berdoa. Misalnya; hudlur hati, kekhusyu’an, keikhlasan, kemantapan hatinya dan sebagainya.
Para ulama, terutama Ulama Shufi berpendapat bahwa do’a yang lebih diijabahi oleh Allah Subhanahu wata'ala,  istilah bahasa Jawa paling mandi adalah doa Shalawat. Dan pendapat ini cocok dengan kenyataan. Lebih-lebih di zaman mutakhir ini. Insya Allah tentang Shalawat kepada Baginda Nabi Shollallohu 'alaihi wasallam ini akan dibahas  dalam bab tersendiri di belakang.

 Secara umum mengenai faedah dan manfaat doa Shalawat kepada  Baginda Nabi Shollallohu 'alaihi wasallam, bagi si pembaca Shalawat adalah seperti dikatakan oleh Syekh Hasan Al-‘Adawi di dalam syarah kitab “Dalaa-ilul Khoiroot” yang kemudian dibenarkan dan didukung oleh para Ulama Shufi lainnya, yaitu sebagai berikut:

إنّ الصّـلاة على النّبىّصلى الله عليه وسلّم تـنـوّرالـقــلوب وتـوصــل
مـن غـير شـيخ  إلى عــــلاّم الغــــيوب. سعــادة الــدارين : 36

       Sesungguhnya membaca Shalawat kepada Nabi Shollallohu 'alaihi wasallam,  itu bisa menerangi hati dan mewushulkan kepada Tuhan Dzat Yang Maha Mengetahui perkara ghaib”. (Sa' adatud-Daroini hal. 36)

menerangi hati”: hati menjadi terang, jernih dan tenteram. “mewushulkan” : mengantar dan menyampaikan kepada tingkat kondisi batiniyah yang sadar kepada Allah Subhanahu wata'ala.
Banyak pandangan dan pendapat-pendapat dari para Ulama mengenai sholawat. Ada yang diangkat dari qo’idah-qo’idah agamis, ada pula yang berdasar atas keyakinan dan pengalaman dzauqiyyah dan dari hasil-hasil mukasafah. Antara lain seperti di bawah ini.
أ َقــْـرَبُ الطــُّـرُق ِإ ِلـَى الله فِى آخِـر ِالـزّ َمَــــان خُصُوْصًا لـــِلــْــــــمُــسـْــر ِفِ كــَــثـــْرَة  ُاْلإِ سْتـــِغْــفــَار ِوَالـصّــَـــلا َ ة ُ  عَـلــَى الـنّــَـــِبِيِّ  e  (سعــادة الـــداريـن )
 “Jalan yang paling dekat (menuju wushul) ke-pada Alloh pada akhir zaman, khususnya bagi orang-orang yang berlarut-larut banyak dosa, adalah memperbanyak istighfar dan bacaan sholawat kepada Nabi r”.   (Dari kitab Sa`adatud Daaroini) .
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian Sholawat Wahidiyah?
2.      Apa dasar membaca Sholawat?
3.      Apa faidah bagi orang yang membaca Sholawat?
C.    Tujuan Pembahasan
1.      Untuk mengetahui dan memahami pengertian Sholawat Wahidiyah.
2.      Untuk mengetahui dan memahami dasar membaca Sholawat.
3.      Untuk mengetahui dan memahami faidah bagi orang yang membaca Sholawat.



BAB II
SHOLAWAT WAHIDIYAH DAN FAIDAHNYA


A.      PENGERTIAN SHOLAWAT WAHIDIYAH
1.      Pengertian Sholawat
a).    Pengertian Sholawat

Kata Shalawat berasal dari bahasa arab al-shalawatu (الصلوات  (  bentuk jamak dari  al-shalatu, menurut bahasa  berarti “doa, pujian, kasih sayang, tambanya kebaikan, mengangkat dan menghapus”, kata al-shalatu (( الصلاة dibentuk dari shala–yushali-shalatan ((صلاة. Shalatullah: tsanauhu artnya pujian allah, shalatu al-malaikah: dua’ yang ber arti doa.[1]

“Sholawat” menurut arti bahasa mempunyai arti “do’a”, “kasih sayang”, “memuliakan dan memuji”.[2] Sedangkan Pengertian Sholawat menurut istilah sangat beraneka ragam sesuai dengan pandangan para ulama dalam mendefinisikan Sholawat itu sendiri. Sebagian Ulama berpendapat bahwa Sholawat Allah  I kepada Nabi e adalah memuliakan dan memuji beliau.[3] Sholawat dari Alloh I kepada Kanjeng Nabi e berupa penambahan rohmat dan kemuliaan (rohmat ta’dhim), sedangkan sholawat kepada selain Beliau e (bagi orang mu’min) berupa rohmat dan maghfiroh (kasih sayang dan ampunan). Adapun Sholawat Malaikat kepada Baginda Nabi e berupa permohonan rahmat dan kemuliaan kepada Allah bagi Beliau e, dan yang kepada selain Beliau e (bagi orang mu’min) berupa permohonan rohmat dan maghfiroh.[4]

b).   Pengertian Wahidiyah

Menurut arti bahasa,   kalimat “وَاحِدٌ” artinya ESA.[5]   الوَاحٍِدُ"   artinya “Yang Maha Esa”. Kemudian kata الوَاحِدُ ditambah dengan بَاءُ النِّسْـبَة dan huruf  “ta’ marbuthoh”, sehingga menjadi الوَاحِدِيّــَة  berarti “yang mengesakan” Kata الوَاحٍِدُ  identik dengan kata الاحَدُ  yang maksudnya berarti “المــُنْفــَر ِدُ”, yaitu tiada yang menyamai bagi-Nya atau tiada bersama lain-Nya.[6]


Nama “WAHIDIYAH” diambil dan tabarukan dari dan kepada Asmaul-A’dhom “Al-WAAHIDU” yang terdapat di dalam rangkaian Sholawat yang pertama (”ALLOHUMMA YAA WAAHIDU YAA AHAD”……dan seterusnya.

“WAHIDU” artinya “SATU”. Satu tidak terpisahkan lagi. Mutlak satu, azalan wa-abadan. Satunya Alloh tidak seperti satunya makhluk. Diantara khowasnya “WAAHIDU”, seperti disebutkan dalam kitab Sa’aadaatud Daraini, Rasulullah e bersabda yang artinya kurang lebih: “AL-WAAHIDU” termasuk Asma Allah Yang Agung (Amaa-ul-A’dhom) yang barang siapa berdoa dengan kalimah itu akan diijabahi dan barang siapa memohon dengan kalimah itu maka akan dikabulkan.

Para ahli haqiqat mengatakan bahwa diantara khowasnya (hasiatnya) “AL-WAAHIDU” yaitu menyembuhkan rasa kebingungan, rasa rupek, rasa gelisah dan susah dalam hati. Barang siapa membacanya dengan sepenuh hati ( hudlur ) sebanyak 1000 x,  maka dia dikarunia Allah I tidak mempunyai rasa takut dan kawatir kepada makhluk, sedangkan takut kepada makhluk itu adalah sumber dari bencana dunia dan akhirat.[7]

c).    Pengertian Sholawat Wahidiyah:
Dalam buku-buku Wahidiyah disebutkan tentang pengertian Sholawat Wahidiyah diantaranya :
(1)   Sholawat Wahidiyah adalah rangkain do’a Sholawat Nabi e sebagaimana tertulis di dalam lembaran Sholawat Wahidiyah, termasuk tatacara dan adab pengamalannya.
(2)   Sholawat Wahidiyah, Alhamdulillah, oleh Alloh I pengamalnya dikaru-niai berbagai manfaat dan faedah, antara lain dan terutama berfaedah mejernihkan hati, membuahkan ketenangan batin dan ketenteraman jiwa, serta peningkatan daya ingat / sadar / ma’rifat kepada Alloh I Tuhan Yang Maha Esa dan Rosul-Nya e
(3)   Sholawat Wahidiyah mempunyai kandungan berupa suatu sistem yang disebut AJARAN WAHIDIYAH.
(4)   Sholawat Wahidiyah dan Ajaran Wahidiyah mulai disiarkan pada tahun 1963 dan telah diberikan ijazah secara mutlak oleh Muallifnya t untuk diamalkan dan disiarkan kepada masyarakat luas tanpa pandang bulu dengan ikhlas tanpa pamrih dan dengan bijaksana.[8]
B. DASAR MEMBACA SHOLAWAT
1.      Dasar Al-Qur’an
Dasar mengamalkan atau membaca Sholawat kepada Baginda Nabi Muhammad r adalah firman Alloh dalam Surat  Al-Ahzab, ayat 56 :
إ ِنَّ الله َوَمَلآ ئِكــَـتــَهُ  يُصَلــُّوْنَ عَلــَى النَّبِيِّ يــَآأ َيــُّهَا الــّــَذِيــْنَ آمَنُوْا صَلــُّوْا عَلــَيْه وَسَلِـــِّـمُوْا تــَسْلِيــْمًا ( 33- الأحزاب :56)
Artinya kurang lebih :
Sesungguhnya Alloh dan para Malaikat-Nya membaca Sholawat kepada Nabi (r); Wahai orang-orang yang beriman bacalah Sholawat dan sampaikan salam sebaik-baiknya kepadanya (QS. 33 Al-Ahzab, 56).
2.      Dasar Al-Hadits
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِذَا سَمِعْتُمْ الْمُؤَذِّنَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ ثُمَّ صَلُّوا عَلَيَّ فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا ثُمَّ سَلُوا اللَّهَ لِي الْوَسِيلَةَ فَإِنَّهَا مَنْزِلَةٌ فِي الْجَنَّةِ لَا تَنْبَغِي إِلَّا لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللَّهِ وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَنَا هُوَ فَمَنْ سَأَلَ لِي الْوَسِيلَةَ حَلَّتْ لَهُ الشَّفَاعَةُ
Artinya Kurang lebih:
“Dari Abdullah bin Amru bin al-Ash bahwa dia mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Apabila kalian mendengar mu'adzdzin (mengumandangkan adzan) maka ucapkanlah seperti yang dia ucapkan, kemudian bershalawatlah atasku, karena orang yang bershalawat atasku dengan satu shalawat, niscaya Allah akan bershalawat atasnya dengannya sepuluh kali, kemudian mintalah kepada Allah wasilah untukku, karena ia adalah suatu tempat di surga, tidaklah layak tempat tersebut kecuali untuk seorang hamba dari hamba-hamba Allah, dan saya berharap agar saya menjadi hamba tersebut. Dan barang siapa memintakan wasilah untukku, maka syafa'at halal untuknya."[9]
3.      Pendapat Ulama’
ان العلماء اتفقوا ان جميع الاعمال منها المقبول والمردود الا الصلاة على النبى صلى الله عليه وسلم فانها مقبولة قطعا.

“Dan sesungguhnya para Ulama’ sudah sependapat bahwa sesungguhnya semua amal itu ada yang diterima dan ada yang ditolak, terkecuali sholawat kepada Nabi e Sesungguhnya sholawat kepada Nabi e, itu “maqbuulatun qoth’an” pasti diterima. [10]
Sholawat dari Alloh I kepada Baginda  Nabi r  berupa penambahan rohmat dan kemuliaan (rohmat ta’dhim). Sedangkan yang kepada selain Baginda Nabi r berupa rohmat dan maghfiroh (kasih sayang dan ampunan).
Adapun Sholawat para malaikat yang kepada Baginda Nabi r berupa permohonan rohmat dan kemuliaan kepada Alloh bagi Baginda Nabi r  dan yang kepada selain Baginda  Nabi r berupa permohonan rohmat dan maghfiroh.[11]
Mengenai kedudukan hukumnya membaca Sholawat, ada beberapa pendapat dari para Ulama. Ada yang mengatakan wajib bil ijmal, ada yang mengatakan wajib satu kali semasa hidup, dan ada yang berpendapat sunnah. Pendapat yang paling masyhur adalah sunnah muakkadah. Akan tetapi membaca Sholawat pada tahiyyat akhir dalam sholat hukumnya wajib oleh karena sudah menjadi sebagai rukunnya sholat.
Bagi kita para pengamal Sholawat Wahidiyah dan pada umumnya kita kaum mukminin dan kaum muslimin, disamping memperhatikan pendapat para Ulama tentang kedudukan hukum membaca Sholawat seperti di atas, yang lebih penting lagi adalah menyadari dengan konsekwen bahwa membaca Sholawat kepada Baginda Nabi r merupakan kewajiban moral dan keharusan budi nurani tiap-tiap manusia lebih-lebih kita kaum mukminin. Sebab :
Pertama; kita diperintah membaca Sholawat seperti ayat tersebut  di atas. Kedua; kita semua berhutang budi kepada Baginda Nabi r yang tidak terhitung banyak dan besarnya dhohiron wa bathinan syar’an wa haqiqatan. Ketiga ; faedah dan manfa’at  bacaan  Sholawat  kembali kepada yang membaca. Bahkan disamping pembaca sendiri, keluarga, masyara-katnya dan makhluq-makhluq lain juga ikut merasakan manfaat dan barokahnya bacaan Sholawat. Manfaat dan barokah yang luas sekali, baik untuk kepentingan di dunia maupun di akhirot. Manfaat lahir dan manfaat batin, manfaat materiil dan manfaat sepiritual. Junjungan kita Nabi Muhammad r sendiri tidak berkepentingan dan tidak tergantung kepada ba-caan Sholawat dari ummat. Adanya perintah membaca Sholawat, justru man-faatnya kembali kepada ummat sendiri, untuk mengangkat derajat, untuk meningkatkan iman, taqwa dan mahabbah-nya kepada Allah wa Rosuulihi r.[12]
C. FAEDAH MEMBACA SHOLAWAT
Ada banyak sekali sabda Rosululloh r yang menerangkan faidah, fadlilah / keutamaan dan manfaat membaca Sholawat. Juga banyak Hadits yang memberi peringatan dan bahkan kecaman terhadap mereka yang lengah dan kurang perhatian terhadap bacaan Sholawat. Hadits-hadits tersebut antara lain seperti di bawah ini.

a.       Diberi imbalan sholawat yang berlipat ganda.[13]

قـَالَ r : مَنْ صَلــَّى عَلــَىَ ّصَلا َة ًوَاحِدَة ًصَلــَّى الله عَــلــَيــْهِ عَـــشْـــرًا وَمَــنْ صَــلــَّى عَــلــَـىَّ عَـشْـــــرًا صَـلــَّى الله ُ عَــلــَـيْه ِ مِـائـــَة ً, وَمَــنْ صَـلــَّى عَـلــَىَّ مـِـائــَة ً كــَــتــَبَ الله ُ بَــيْنَ عَـيْـنَـيْهِ بَـرَأ َة ً مِـنَ الــنِّـفـَاق وَبـَرَأ َة ًمِــنَ الـنـَّار وَأ َسْكــَــنـَهُ يـَوْمَ الــْــقِـيَامَـةِ مَــعَ الـشُّــهَدَآء .رواه  الــطـبرانى  عـن  أنـس  بن مــالك   y

Artinya kurang lebih:
 Bersabda  Rosululloh  r : “Barang siapa membaca shalawat kepadaku satu kali, maka Alloh membalas shalawat kepadanya sepuluh kali; dan barang siapa membaca shalawat kepadaku seratus kali, maka Alloh menulis pada antara kedua matannya : “bebas dari munafiq dan bebas dari neraka”, dan Alloh menempatkannya besok pada Yaumul Qiyamah bersama-sama dengan para suhadak”.  (Riwayat Thabrani dari Anas bin Malik).[14]
      
Betapa besarnya keuntungan yang dapat diperoleh dengan bacaan shalawat kepada Nabi r.  Satu kali dibalas sepuluh kali; sepuluh kali dibalas sera-tus kali, dan seratus kali membaca Sholawat dicatat dan dijamin bebas  dari nifaq dan dari neraka, disamping digolongkan dengan para Syuhadak. Bahkan lebih dari itu. Sholawat dari Allah kepada hamba-NYA jauh lebih berharga, tidak dapat diperbandingkan dengan bacaan Sholawat dari para hamba-NYA.

 Nifaq” adalah penyakit mental yang sudah menjadi wabah masyarakat (mental epidemi). Seseorang yang terjangkit penyakit nifaq disebut “Munafiq”.  Penyakit tersebut jika tidak diadakan penanggulangan dan pengobatan pasti akan membawa kehancuran dan kesengsaraan ummat manusia. Sebab di dalam sifat nifaq itu tersimpan “nuklir jahat” yang sangat besar potensialnya dan paling dahsyat dampak kehan-curannya. Lebih dahsyat dari bom nuklir di Hirosima, Jepang. Energi potensialnya yang jahat itu tidak hanya bisa menghancurkan satu kota atau satu negara, tetapi bahkan mampu menghancurkan dunia seisinya.[15]
Firman Alloh I:

ظــَهَرَ الــْفــَسَادُ فِي الــْبَرِّ وَالــْبَحْر بــِمَا كــَسَبَتْ أ  َيـــْدِي النَّاس لــِيُذِيـْقــَـهُمْ بــَعْـضَ الــَّذِيْ عَمِلــُوْا لــَعَلــَّــهُمْ  يَرْجــِعُــوْنَ ( 30 – الروم : 4)

Artinya kuning lebih:
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar” (30-Ar-Rum: 41).

b.      Dekat dengan Rasulullah e:

 Seluruh ummatnya Nabi Muhammad r tentu ingin dirinya berada dekat dengan Rasulullah r lebih-lebih besok pada Yaumul Qiyaamah. Apakah kita sudah konsekwen dengan keinginan itu?.  Artinya;  bagaimana usaha kita agar supaya berada dekat dengan Rosululloh r ? Marilah kita perhatikan Hadits di bawah ini!.

قــَالَ e : فــَـمَنْ كـــَانَ أَكــْــثـــَرُهُـمْ عَلــَىَّ صَلا َة ً كــَـانَ أ َقـــْـرَبـَهُم  مِـنــِّيْ مَـنْـز ِلــَة ً. رواه البيْهَقي  عَن  أبي أُمَا مَة َبسَنَدٍ حسَن.

Artinya kuning lebih:
Bersabda Rasululloh r: “Barang siapa yang lebih banyak di antara kamu sekalian membaca-nya Sholawat kepada-ku, dialah yang lebih dekat kedudukannya dengan aku” (H.R. Al-Baihaqy dari Abi Umamah t)[16]
c.       Penebus Dosa dan Pembersih Jiwa

 قــَالَ e :  صَــلّــُـوْا عَـلــَيَّ فــَإ ِنَّ الصَّـلا َة عَلــَيَّ كــَــفـــَّـارَة لــَكــُمْ وَزَكــَاة ٌ, وَمَنْ صَلــَّى عَـلــَيَّ مَــرَّة ًصَلــَّى الله ُعَلــَيْه ِعَشْرًا (رَوَاه ابنُ عَاصِم ٍ عن أنــَس  ٍt)

Artinya kuning lebih:
Bersabda Rasululloh r  : “Bacalah kamu sekalian Sholawat kepadaku, maka sesungguhnya bacaan Sholawat kepadaku itu menjadi penebus dosa dan pembersih bagi kamu sekalian; Dan barang siapa mem-baca sholawat kepadaku satu kali, maka Alloh memberi sholawat kepadanya  sepuluh kali.   (Riwayat Ibnu Abi ’Ashim Dari Anas bin Malik t)[17] 
قــَالَ e :اَكــْــثِرُوا الصَّلا َة َعَلــَيَّ فــَإ ِنَّ صَلا َتــَكــُمْ عَلــَيَّ مَغْـفِرَة ٌلِـذُنــُوْبــِكــُمْ وَاطْـلــُــبُوْا ِلى الدَّرَجَة َوَالْـوَسِيْلــَة … الحــَديثَ ( رواه ابْنُ عَسَاكِرَ عن الحسَن ِ بْنِ عَلي ّرضىالله عنهما)[18] 
Artinya kuning lebih:
Bersabda Rasululloh r : “Perbanyaklah baca-an sholawat kepadaku; karena sesungguhnya bacaan sholawatmu kepadaku itu merupakan  maghfiroh atas dosa-dosa kamu sekalian, dan carilah kedudukan dan wasilah kepadaku …. (Hadits Riwayat Ibnu  ‘Asakir dari Hasan Bin Ali Ra.)

d.      Sebagai pengantar doa, ridla Allah dan pencuci amal

قــَالَ e: صَـلا تــُـكــُمْ عَـلــَيَّ مَحْـرَزَة ٌلــِدُعــَائِكــُــمْ وَمَرْضـَـاة ٌلِـرَبــِّكــُــمْ وَزَكـــَاة ٌلأ َعْــمـَـالِكــُــــمْ )رواه الدَّيــْلمَى عن على  ٍّ كرَّم الله ُ وَجــْــهَه)
Artinya kuning lebih:
Bersabda Rasulullah r : “Bacaan sholawatmu kepadaku itu merupakan pengawal bagi do’amu dan meridlokan Tuhanmu, serta sebagai pembersih amal-amalmu.” (Riwayat Ad-Dailami dari Sayyidina ‘Ali, Karromallohu Wajhah).





BAB III
KESIMPULAN

Kata Shalawat berasal dari bahasa arab al-shalawatu (الصلوات  (  bentuk jamak dari  al-shalatu, menurut bahasa  berarti “doa, pujian, kasih sayang, tambanya kebaikan, mengangkat dan menghapus”, kata al-shalatu (( الصلاة dibentuk dari shala–yushali-shalatan ((صلاة. Shalatullah: tsanauhu artnya pujian allah, shalatu al-malaikah: dua’ yang ber arti doa. Sedangkan Nama “WAHIDIYAH” diambil dan tabarukan dari dan kepada Asmaul-A’dhom “Al-WAAHIDU” yang terdapat di dalam rangkaian Sholawat yang pertama (”ALLOHUMMA YAA WAAHIDU YAA AHAD”……dan seterusnya. “WAHIDU” artinya “SATU”. Satu tidak terpisahkan lagi. Mutlak satu, azalan wa-abadan. Satunya Alloh tidak seperti satunya makhluk. Diantara khowasnya “WAAHIDU”, seperti disebutkan dalam kitab Sa’aadaatud Daraini, Rasulullah e bersabda yang artinya kurang lebih: “AL-WAAHIDU” termasuk Asma Allah Yang Agung (Amaa-ul-A’dhom) yang barang siapa berdoa dengan kalimah itu akan diijabahi dan barang siapa memohon dengan kalimah itu maka akan dikabulkan. Jadi, yang dimanakan Sholawat Wahidiyah adalah rangkain do’a Sholawat Nabi e sebagaimana tertulis di dalam lembaran Sholawat Wahidiyah, termasuk tatacara dan adab pengamalannya.
Dasar Membaca Sholawat adalah dari dalil Al-Qurr’an, Al-Hadist (As-Sunah) dan Qoul Ulama’. Faidah dan manfaat membaca sholawat banyak sekali di antaranya yaitu, diberi imbalan sholawat yang berlipat ganda, Dekat dengan Rasulullah e, Penebus Dosa dan Pembersih Jiwa, sebagai pengantar doa, ridla Allah dan pencuci amal.



 




[1] Ibnukatsi<r , Tafsi<r al-Qur’an al-‘Adhi<m, bachsun qur’anun, al-Maktabah tsa<milah, 33-al-Achza<b : 56, hal. 426
[2]  Rowaai’ Al-Bayan Tafsiiru Ayat Al-Ahkaam, Muhammad ‘Ali Al-Shabuuny,  j 2,  hal 364
[3] Rowaai’ Al-Bayan Tafsiiru Ayat Al-Ahkaam, Muhammad ‘Ali Al-Shabuuny, ,  j 2,  hal 365
[4] Kuliyah Wahidiyah, Penyiar Sholawat Wahidiyah Pusat, Terbitan X, Kediri, hal 25, th 1993
[5] Kamus Idris Al-Marbawi, ‘Abdu Al-Rauf Al-Marbawi, Darul Fikri, Juz II, hal. 382,
[6] Al-Munjid, Al-Kaatsuulikiyyah, Bairut.
[7] Pedoman Pokok-pokok Ajaran Wahidiyah,  DPP PSW,  cet VII, Jombang, hal 64-66, th 1997
[8]  Dewan Pimpinan Pusat Penyiar Sholawat Wahidiyah. ( Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga PSW: 2011).hal 1. Lihat Juga Dewan Pimpinan Pusat Penyiar Sholawat Wahidiyah. (Pedoman Pokok-Pokok Sholawat Wahidiyah & Ajaran Wahidiyah: 2011). hal. 1.
[9]   Shahih Muslim, ( Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist), hadits no; 577
[10] Syekh Zaini Dakhlan.Taqribul-Ushul Fii Tashiilil Wushul Fii Ma`rifatir-Robbi War-Rosuul r. hal: 57. Lihat juga Kifayatul-Atqiyaa, hal. 48
[11] Al-Qurthubiy, al-Ja<mi’u liachka<mi al-Qur’ni (tafsir al-Qurthubiy) (Mabchasu Qur`an, al Maktabah < 33-al  Achza<b: 43, hal 433.
    Teks arabnya demikian: والصلاة من الله على العبد هي رحمته له وبركته لديه . وصلاة الملائكة : دعاؤهم للمؤمنين واستغفارهم لهم
[12] Ruhan Sanusi, Mohmammad. Kuliah Wahidiyah Untuk Menjernihkan Hati Dan Ma’rifat Billah Wabirosuulihi Saw. Dewan Pimpinan Pusat Penyiar Sholawat Wahidiyah. 2010. Cet. XIII. hal. 32-33
[13] Ruhan Sanusi, Mohmammad. Kuliah Wahidiyah Untuk Menjernihkan Hati Dan Ma’rifat Billah Wabirosuulihi Saw. Dewan Pimpinan Pusat Penyiar Sholawat Wahidiyah. 2010. Cet. XIII. hal. 33
[14] Al-Thabra<niy, “al-Mu’jam al-ausath”, ( al-Maktabah tsa<milah, kutub al-mutun,  juz 16,) halaman 18
[15] Ruhan Sanusi, Mohmammad. Kuliah Wahidiyah Untuk Menjernihkan Hati Dan Ma’rifat Billah Wabirosuulihi Saw. Dewan Pimpinan Pusat Penyiar Sholawat Wahidiyah. 2010. Cet. XIII. hal. 34
[16] Assunan Al-Kubro Lilbaihagi, (Program Maktabah Syamilah). Juz 3. Hal. 249. Lihat Juga An-Nabhany, Sa’adatuddaroini,…hal. 58.
[17] Jalaludin Asy_Suyuti, jami;ul Akhadits (Program Al-Maltabah Asy-Syamilah Edisi II). Jilid: 4. hal. 13. Lihat Juga An-Nabhany, Sa’adatuddaroini,…hal. 68.
[18]  Al-Manawy, Faidhul Qodir ‘Alaa Syarkhi Jami’us Shohir, (Program Al-Maltabah Asy-Syamilah Edisi II). Jilid: 2. hal. 112.

0 komentar:

Posting Komentar