Rabu, 19 April 2017

Mujahadah Wahidiyah



BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Alloh Subhanahu wata'ala, memberi kepada setiap manusia dua rangakaian bentuk kekuatan. Kekuatan lahir dan kekuatan bathin, kekuatan jasmani dan kekuatn rohani. Kedua-duanya harus dipergunakan oleh manusia untuk memperoleh keselamatan dan kebahagian hidup di dunia dan di Akhirat. Hanya menggunakan kemampuan lahir saja berarti menyia-nyiakan pemberian Alloh yang berupa kemampuan bathin dan masih tersesat, kemudian terjerumus kepada kehancuran. Begitu juga hanya menggunakan kekuatan bathin saja juga termasuk penyelewengan,  yakni tidak mensyukuri ni’mat pemberian Alloh berupa kekuatan lahir dan oleh karena itu tidak akan mencapai apa yang dicita-citakan, terkecuali yang mendapat fadlol khusus dari Alloh Subhanahu wata'ala. Kemampuan rohani dan kemampuan jasmani harus dipergunakan seirama dan seimbang.
Kemampuan bathin yang dimaksud di sini ialah kemampuan berdo’a /bermunajat kepada Alloh Subhanahu wata'ala,  memohon petunjuk dan pertolongan-Nya.
Mari kita sama-sama koreksi pada diri kita masing – masing. Mari kita sama-sama memperbanyak do’a kepada Alloh Subhanahu wata'ala  !  Al-hamdulillah di dalam Wahidiyah     kita dididik, dibimbing, dituntun menggunakan kekuatan bathin kita dengan berdo’a, ber-dhepe-dhepe, ber-munajat ke Hadlirot Alloh  Subhanahu wata'ala, memohon syafaat kepada Rosulloh Shollallohu'alaihiwasallam dan memohon barokah, karomah dan nadhroh Ghoutsi Hadzaz Zaman wa A’waanihi wasa’iri Auliyaaillahi Rodliyalloohu ta'ala 'anhum. Yaitu dengan me-laksanakan  MUJAHADAH WAHIDIYAH.[1]
Mujahadah, secara umum artinya berjuang, bersungguh-sungguh. Bersungguh-sungguh memerangi hawa nafsu untuk diarahkan kepada FAFIRRUU ILALLOOHI wa ROSUULIHII Shollaalloohu ‘Alaihi Wasallam.
Didalam Wahidiyah, mujahadah dilaksanakan dengan pengamalan Sholawat Wahidiyah menurut cara-cara dan adab-adab yang ditentukan. Dasar atau dalil-dalil hubungan soal Mujahadah antara lain seperti dibawah ini[2]:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَٱبۡتَغُوٓاْ إِلَيۡهِ ٱلۡوَسِيلَةَ وَجَٰهِدُواْ فِي سَبِيلِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ ٣٥
Artinya:
”Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan”.(Q. Surat (5) Al-Maidah ayat 35).[3]
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian Mujahadah Wahidiyah?
2.      Apa dasar-dasar mujahadah dan keuntungannya?
3.      Apa adab-abad Mujahadah Wahidiyah?
C.     Tujuan Pembahasan
1.      Untuk mengetahui dan memahami apa pengertian Mujahadah Wahidiyah.
2.      Untuk mengetahui dan memahami Apadasar-dasar mujahadah dan keuntungannya.
3.      Untuk mengetahui dan memahami Apaadab-abad Mujahadah Wahidiyah.
BAB II
MUJAHADAH WAHIDIYAH

A.     PENGERTIAN MUJAHADAH WAHIDIYAH
1.     PENGERTIAN SECARA UMUM
Ta’rif (definisi) mujahadah menurut arti bahasa, syar’i, dan istilah ahli hakikat sebagaimana dimuat dalam kitab Jami’ul Ushul Fil-Auliya, hal 221:
أَمَّاالْمُجَاهَدَةُ فَهيَ فِي اللُّغَةِ الْمُحَارَبَةُ وَفِي الشَّرْعِ مُحَارَبَةُ  أَعْدَآءِ اللهِ، وَفِي اصْطـِلاَحِ أَهْلِ الْحَـقِـيْقَةِ مُحَــارَبَةُ النَّفـْسِ الأَمَّارَةِ بِالسُّوْءِ وَتَحْمِيْلُهَا مَا شَقَّ عَلَيْـهَا ِممَّا هُوَ مَطْلـُوْبٌ شَرْعًا. وَقَالَ بَعْضُـهُمْ : الْمُـجَاهَدَةُ مُخَالَـفَةُ النَّفْسِ، وَقَالَ بَعْضُهُمْ : المـُجَاهَدَةُ مَنْعُ النَّفْسِ عَنِ الْمَـأْلُوْفَاتِ.
“Arti mujahadah menurut bahasa adalah perang, menurut syara’ adalah perang melawan musuh-musuh Alloh, dan menurut istilah ahli hakikat adalah memerangi nafsu amarah bis-suu’[4]dan memberi beban kepadanya untuk melakukan sesuatu yang berat baginya yang sesuai dengan aturan syara’ (agama). Sebagian Ulama’ mengatakan : "Mujahadah adalah tidak menuruti kehendak nafsu”, dan ada lagi yang mengatakan : “Mujahadah adalah menahan nafsu dari kesenangannya”.[5]
Di dalam Wahidiyah yang dimaksud “Mujahadah” adalah bersungguh-sungguh memerangi dan menundukkan hawa nafsu (nafsu ammarah bis-suu’) untuk diarahkan kepada kesadaran “FAFIRRUU ILALLOOH WAROSUULIHI” SAW2.[6]
2.     PENGERTIAN SECARA KHUSUS
Image_20MUJAHADAH WAHIDIYAH adalah pengamalan Sholawat Wahidiyah atau bagian dari padanya menurut adab, cara dan tuntunan yang dibimbingkan oleh Muallif Sholawat Wahidiyah       sebagai penghormatan kepada Rosululloh SAW2dan sekaligus merupakan do’a permohonan kepada Alloh SUBHA, bagi diri pribadi dan keluarga, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia, bagi bangsa dan negara, bagi para pemimpin mereka di segala bidang, bagi ummat masyarakat jami’al ‘alamin, dan seluruh makhluq ciptaan Alloh SUBHA.[7]
B.     DASAR-DASAR MUJAHADAH DANKEUNTUNGANNYA
1.      Firman Alloh SUBHA
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ (العنكبوت:69).
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridloan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik”. (al-Ankabut : 69)
2.      FirmanAllohSUBHA
وَجَاهِدُوا فِي الله ِحَقَّ جِهَادِه... الآية( الحج : 78)
Dan berjihadlah (bersungguh-sungguhlah) kamu menuju pada Alloh dengan sebenar-benarnya jihad …….. (Al-Hajji :78 )
Hadits NabiSAW2 :
رَجَعْنَا مِنَ الْجِهَادِ اْلأَصْغَرِ اِلَى الجِـهَادِ اْلأَكْبَرِ , قَالُوْا يَارَسُوْلَ اللهِ وَمَا الْجِـهَادُ اْلأَ كْبَرُ ؟ قَالَ SAW2 : جِـهَادُ النَّفْسِ)رواه البيهقىعن جابر فى كتاب الزهد الكبير)]الجزء : 2، رقم : 373[.
Kita baru kembali dari perang kecil akan menghadapi perang besar. Para Shahabat bertanya: YA Rosulalloh gerangan apakah perang besar itu ?Rosululloh SAW2 menjawab: “Perang melawan Nafsu”.
3.      Hadits Nabi SAW2 :
"الْمُجَـاهِدُ مَنْ جَاهَدَ نَفْسَهُ فِي اللهِ عَزَّ وَجَلَّ")رَوَاهُ التّرْمِذِى وَالطَّبْرَانى وَابْنُ حِبَّانَ وَالْحَاكِمُ عَنْ فَضَالَةَ بن عُبَيْدٍ، حسن صحيح)
Orang yang berjihad (bermujahadah) adalah orang yang memerangi nafsunya dalam (pendekatan dirinya kepada) Alloh, (HR At-Tirmidzi, At-Thabrani, Ibnu Hibban dan Al-Hakim, dari Fadlolah bin Ubaid).
4.      Hujjatul-Islam Imam Ghozali dalam Ihya’nya menyebutkan :
الْمُجَاهَدَةُ مِفْتَاحُ الْهِدَايَةِ لاَمِفْـتَاحَ لَهَا سِوَاهَا . (احياء علوم الدين، الجزء الأول : 39).
Mujahadah adalah kunci (pintu) hidayah, tidak ada kunci hidayah selain mujahadah.
5.      Dawuh Muallif Sholawat Wahidiyah Image_20:

مَنْ لَيْسَ لَهُ مُجَاهَدَةُ لَيْسَ لَهُ مُشَاهَدَةُ
“Barang siapa tidak bermujahadah dia tidak akan bisa mencapai musyahadah (Syuhud / sadar kepada Alloh).
C.     ADAB - ADAB MUJAHADAH
1.        Dijiwai LILLAH-BILLAH, LIRROSUL-BIRROSUL, LILGHOUTS-BILGHOUTS![8]
a.      LILLAH Artinya, segala amal perbuatan apa saja, perbuatan lahir dan perbuatan batin, baik yang wajib, yang sunnah dan yang mubah, lebih-lebih yang berhubungan langsung dengan Allah wa Rasuulihi Shollallohu'alaihiwasallam.
b.      BILLAH artinya, di dalam segala perbuatan dan gerak gerik lahir maupun batin, di manapun dan kapan saja, supaya hati kita senantiasa merasa dan beri’tikad bahwa yang men-ciptakan dan menitahkan itu semua adalah ALLAH Subhanahu wata'alaTuhan Maha Pencipta.
c.      LIRROSUL artinya segala amal ibadah atau perbuatan apa saja, asal tidak melanggar syariat Rasul, disamping disertai niat LILLAH seperti di atas, supaya juga disertai niat mengikuti tuntunan Rasulullah Shollallohu'alaihiwasallam! Jadi dalam segala hal perbuatan apa saja asal tidak melanggar Syariat Islam, niatnya harus dobel. Ya’ni niat LILLAH dan niat LIRROSUL.
d.      BIRROSUL artinya Jadi, dalam segala langkah dan gerak-gerik kita lahir maupun batin yang bagaimanapun saja asal tidak melanggar syari’at Rasul Shollallohu'alaihiwasallam,hati kita harus merasa menerima jasa dari Rasulullah Shollallohu'alaihiwasallam.
e.      LILGHOUTS artinya disamping niat ikhlas kepada Allah dan niat mengikuti tuntunan Rasulullah Shollallohu'alaihiwasallam,  supaya ditambah lagi niat mengikuti bimbingan Ghoutsu Hadza Zaman Rodliyallohu'anhu.
f.        BILGHOUTS artinyamenyadari dan merasa bahwa kita senantiasa mendapat bimbingan ruhani dari Ghoutsu Haadza Zaman Rodliyalloohu 'anhu. Sesungguhnya bimbingan rohani dari Ghoutsu Haadza Zaman Rodliyallohu'anhu.[9]
2.        Hatinya hudlur berkonsentrasi kepada Alloh SUBHA.
Sabda Nabi SAW2:
الإِحْسَانُ أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ(رَوَاهُ الْبُخَارِي وَمُسْلِمٌ عَن أبي هُريْرَةَImage_20).
“Penerapan “ihsan” yaitu engkau beribadah kepada Alloh seakan-akan melihat-Nya, maka apabila belum bisa sadarilah sesungguhnya Alloh SUBHAmelihat kamu  (HR Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairoh Image_20)
3.        ISTIHDLOR, yakni merasa berada di hadapan Rosululloh SAW2, waGhoutsu Hadzaz Zaman Image_20, dengan ketulusan hati, ta’dhim (memuliakan), mahabbah (mencinta) sedalam-dalamnya dan semurni-murninya.[10]
a.       Imam Al-Ghozali berkata :
وَقَبْلَ قَوْلِكَ "السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبـِىُّ" أَحْضِرْ شَخْصَـهُ الْكَرِيْمَ فِي قَلْـبِكَ وَلْيـُصَدِّقْ أَمَلَكَ فِي أَنَّهُ يَبْلُغُهُ وَيَرُدُّ عَلَيْكَ بِمَا هُوَ أَوْفَى(ألإحيآء في باب الصلاة وفي سعادة الدرين :صــ 223).
“Sebelum kamu mengucapkan "السـَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبـِىُّ"(pada saat tahiyat) hadirkan pribadi Beliau yang mulia dalam hatimu dan mantapkan angan-anganmu bahwa salam kamu sampai pada Beliau dan Beliau menjawabnya dengan jawaban yang lebih tepat” (Dalam kitab Ihya’ bab sholat dan Sa’adatut Daroini hal. 223 )[11]
b.      Dalam Kitab Jami’ul Ushul hal. 48 :
قَلْبُ الْعَارِفِ حَضْـرَةُ اللهِ وَحَوَاسُهُ أَبْوَابُهَا، فَمَنْ تَقَرَّبَإِلَيْهِ بِالْقُرْبِ الْمُلاَئِمِ لَهُ فُتـِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الْحَضْرَةِ.
Hatinya orang ‘Arif Billahitu merupakan hadlrotulloh dan indranya sebagai pintu-pintu hadlroh. Maka barang siapa yang mendekatkan diri kepada Beliau dengan pendekatan yang serasi (sesuai) dengan kedudukan Beliau, akan terbuka-lah baginya pintu-pintu hadlroh (sadar kepada Alloh SUBHA). 
c.    Dalam kitab As-Syifa hal. 32: Syaikh Abu Ibrahim At-Tajibi berkata :
وَاجِبٌ عَلَى مُؤْمِنٍ مَتَى ذَكَرَهُ SAW2 أَوْ ذُكِرَ عِنْدَهُ أَنْ يَخْضَعَ  وَيَتَوَقَّرَ وَيَسْكُنَ مِنْ حَرَكَتـِهِ وَيَأْخـُذَ فِي هَيْبَتِهِ وَإِجْلاَلِـهِ بـِمَا كَانَ يَأْخُـذَ نَفْسَهُ وَيَتَمَلَّلَهُ فَكَأَنَّهُ عِنْدَهُ أوْ كَانَ بيْنَ يَديْهِ SAW2 وَيَتَأَدَّبَ بِمَا أَدَّبَنَا اللهُ بِهِ مِنْ تَعْظِيْمِهِ وَتَكْرِيْمِهِ ...   الخ
SAW2“Setiap orang yang beriman ketika menyebut Nabiatau nama Beliau disebut, diwajibkanmenunduk, memuliakan dan diam (tidak bergerak) sertaberusahmengagungkandanmemuliakansebagaimanaberhadapan langsung serta memba-yangkan seakan-akan berada di hadapan Beliau, dan beradab dengan adab-adab yang telah diajarkan oleh Alloh yaitu ta’dhim (mengagu-ngkan) dan takrim (memuliakan) Beliau, …..”
4.        SUBHATADZALLUL yakni merasa rendah diri dan merasa hina sehina-hinanya akibat perbuatan dosanya.
Dalam kitab “Taqribul Ushul”, hal. 157 disebutkan,
اَلإِقْبَالُ عَلَى اللهِ (ورسولهSAW2) بِشِدَّةِ الذُّلِّ وَاْلاِنْكِسَارِمَعَ التَّـبَـرِّى عَنِ الْحَوْلِ وَالْقُوَّةِ أَصْلُ كُلِّ خَيْرٍ دُنْيَوِيٍ وِأُخْرَوِيٍ
“Menghadap kepada Alloh dengan merasa hina dan merasa butuh adalah pangkal segala kebaikan”.[12]
5.        TADHOLLUM yakni merasa penuh berlumuran dosa dan banyak berbuat dholim. Dholim dan dosa terhadap Alloh SUBHA, wa RosuulihiSAW2wa Ghoutsi Hadzaz Zaman Image_20. Dosa terhadap kedua orang tua. Anak, keluarga, saudara, tetangga, terhadap bangsa, negara dan sebagainya terhadap semua makhluq yang ada hubungan hak dengan kita.
Ingat dan merasa sedalam-dalamnya bahwa diri kita termasuk dalam Firman Alloh SUBHA
إِنَّ الإِنْسَانَ لَظَــلُوْمٌكَــفَّارٌ(14- ابرهيم : 34 ).
“Sesungguhnya manusia itu selalu berbuat dlolim dan kufur” (QS. 14 - Ibrohim : 34).
6.        IFTIQOR yakni merasa butuh sekali, butuh terhadap maghfiroh (ampunan), perlindungan dan taufiq hidayah Alloh SUBHA, butuh syafa’at tarbiyah Rosululloh SAW2, butuh barokah nadhroh dan do’a restu Ghoutsu Hadzaz Zaman Wa A’waanihi wasaa’iri Auliyaa’i Ahbaabillah Rodliyallohu  Anhum.
7.        Bersungguh - sungguh dan berkeyakinan bahwa mujahadah / do’anya akan dikabulkan oleh Alloh SUBHA.  Tidak ragu-ragu dan putus asa meskipun belum ada tanda-tanda di ijabahi (kabulkan).
Sabda Nabi SAW2:
اُدْعُوا اللهَ وَأَنْتُمْ مُوْقِنُوْنَ بِالإِجَابَةِ وَاعْلَمُـوْا أَنَّ اللهَ لاَيَسْتَجـِيْبُ دُعَآءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ(رواه الطبرني والترمذي والحاكم عن أبي هريرة Image_20).
“Berdo’alah kepada Alloh dengan berkeyakinan bahwa (do’a-mu) diijabahi; dan ketahuilah bahwasa-nya Alloh SUBHA tidak mengijabahi do’a dari hati yang lupa dan lalai”. (HR. Turmudzi dan Hakim, dari Abi Hurairoh Image_20.)
Sabda Nabi SAW2 :
اِذَا دَعَوْتُمْ فَأَيْقِـنُوْا بِالْإِجَابَةِ (رواه الترمذى عن ابى هريرة)
“Jika kamu sekalian berdo’a maka berkeyakinanlah bahwa do’amu diijabahi” (H.R. Tirmidzi dari Abi Huroiroh).
Sabda Nabi SAW2 :
يُسْتَجَابُ لِأَحَدِكُـمْ مَا لَمْ يَعْـجَلْ فَيَقُـولُ قَدْ دَعَوْتُ رَبِّي فَلَمْ يَسْتَجِبْ لِي(رواه مسلم عن أبي هريرةImage_20).
“Do’a salah satu dari kalian akan diijabahi selagi tidak terburu-buru, maka berkata “Aku telah berdo’a dengan bersungguh-sungguh kepada Tuhanku namun Dia tidak mengijabahi do’a-ku”. (H.R. Muslim dari Abi Hurairah Image_20).
8.        Disamping memohon untuk diri sendiri dan sekeluarga supaya memohonkan bagi ummat dan masyarakat, bangsa negara dan seterusnya. Pokoknya bagi semua yang ada hubungan hak dengan kita, lebih-lebih mereka yang kita rugikan, moril atau materiil, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia. Secara umum dan garis besar, yang dimohonkan adalah maghfiroh, hidayah, taufiq dan barokah.
Sabda Nabi SAW2 :
الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا مَنْ فِى الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْفِى السَّمَاءِ(رواه  الترمذي عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو).
“Orang-orang yang mengasihi dan menyayangi (kepada sesama) akan dikasih-sayangi oleh Alloh Yang Maha Pengasih. Kasih sayangilah orang-orang yang ada di bumi maka kalian akan dikasihi oleh yang berada dilangit. (HR. At-Tirmidzi dari Abdulloh bin ‘Amrin)
9.        Bacaannya supaya tartil sesuai dengan makhroj, tajwid dan mad (panjang pendeknya) serta tanda baca yang tepat. [13]
10.   Gaya, lagu, sikap, dan cara pelaksanaannya supaya sesuai dengan tuntunan dari Muallif Sholawat Wahidiyah Image_20. (Pelajari kaset mujahadah Muallif).
11.   Bacaan makmum tidak boleh mendahului bacaan imamnya dan juga tidak boleh terlalu jauh ketinggalan (Jawa, dlewer). Bacaan dan suara harus seragam. Tidak boleh terlalu tinggi dari suara Imam ! Paling - paling sama atau lebih rendah sedikit.
12.   Bagi yang terpaksa tidak dapat mengendalikan kerasnya suara, supaya mengambil jarak dari mikrofon agar tidak menggangu / mempengaruhi yang lain.
13.   Lagu “Tasyaffu’” harus seragam mengikuti tuntunan yang diberikan oleh Hadlrotul-Mukarrom Muallif Sholawat WahidiyahImage_20. Tidak boleh membuat ghoyah atau variasi sendiri.Yang mengetahui kesalahan mengenai lagu (juga mengenai keseragamanmujahadah)berkewajiban mengingat-kan dengan cara bijaksana. Bagi yang sukar untuk mengadakan penyesuaian, jangan berada di dekat mikrofon, atau untuk sementara waktu tidak boleh memimpin lagu “Tasyafu’” atau menjadi imam mujahadah. Agar kekeliruannya tidak menular kepada yang lain.
14.   Jika mengalami pengalaman batin, tangis atau jeritan supaya dikendalikan dan dimanfaatkan sekuat mungkin untuk lebih mendekat kepada AllohSUBHA waRosuulihi SAW2. Jangan sampai menimbulkan gangguan terhadap lingkungannya.[14]

 
BAB III
KESIMPULAN

Ta’rif (definisi) mujahadah menurut arti bahasa, syar’i, dan istilah ahli hakikat sebagaimana dimuat dalam kitab Jami’ul Ushul Fil-Auliya, hal 221: Arti mujahadah menurut bahasa adalah perang, menurut syara’ adalah perang melawan musuh-musuh Alloh, dan menurut istilah ahli hakikat adalah memerangi nafsu amarah bis-suu’[15]dan memberi beban kepadanya untuk melakukan sesuatu yang berat baginya yang sesuai dengan aturan syara’ (agama). Sebagian Ulama’ mengatakan : "Mujahadah adalah tidak menuruti kehendak nafsu”, dan ada lagi yang mengatakan : “Mujahadah adalah menahan nafsu dari kesenangannya.
Di dalam Wahidiyah yang dimaksud “Mujahadah” adalah bersungguh-sungguh memerangi dan menundukkan hawa nafsu (nafsu ammarah bis-suu’) untuk diarahkan kepada kesadaran “FAFIRRUU ILALLOOH WAROSUULIHI” SAW2
MUJAHADAH WAHIDIYAH adalah pengamalan Sholawat Wahidiyah atau bagian dari padanya menurut adab, cara dan tuntunan yang dibimbingkan oleh Muallif Sholawat Wahidiyah sebagai penghormatan kepada Rosululloh SAW2dan sekaligus merupakan do’a permohonan kepada Alloh SUBHA, bagi diri pribadi dan keluarga, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia, bagi bangsa dan negara, bagi para pemimpin mereka di segala bidang, bagi ummat masyarakat jami’al ‘alamin, dan seluruh makhluq ciptaan Alloh SUBHA.
Dasar-dasar mujahadah dan keuntungannya SEBAGAIMNA FIRMAN Alloh SWT dalam Al-Qur’an surat Ankabut: 69 dan firman Alloh SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Hajji :78 dan juga hadit Nabi SAW yang diriwayahkan oleh At-Tirmidzi, At-Thabrani, Ibnu Hibban dan Al-Hakim, dari Fadlolah bin ‘Ubaid dan Hujjatul-Islam Imam Ghozali dalam Ihya’nya dan juga Dawuh Muallif Sholawat Wahidiyah Image_20:

مَنْ لَيْسَ لَهُ مُجَاهَدَةُ لَيْسَ لَهُ مُشَاهَدَةُ
“Barang siapa tidak bermujahadah dia tidak akan bisa mencapai musyahadah (Syuhud / sadar kepada Alloh).
Adapun ADAB - ADAB MUJAHADAH di antaranya yaitu:
1.          Dijiwai LILLAH-BILLAH, LIRROSUL-BIRROSUL, LILGHOUTS-BILGHOUTS!
2.          Hatinya hudlur berkonsentrasi kepada Alloh SUBHA.
3.          Merasa ISTIHDLOR,
4.          Merasa TADZALLUL
5.          Merasa TADHOLLUM
6.          Merasa IFTIQOR
7.          Bersungguh - sungguh dan berkeyakinan bahwa mujahadah / do’anya akan dikabulkan oleh Alloh SUBHA.
8.          Secara umum dan garis besar, yang dimohonkan adalah maghfiroh, hidayah, taufiq dan barokah.
9.          Bacaannya supaya tartil sesuai dengan makhroj, tajwid dan mad (panjang pendeknya) serta tanda baca yang tepat.



[1] Ruhan Sanusi, Mohmammad. Kuliah Wahidiyah Untuk Menjernihkan Hati Dan Ma’rifat Billah Wabirosuulihi SAW. (Dewan Pimpinan Pusat Penyiar Sholawat Wahidiyah: 2010). Cet. XIII. hal. 228
[2] Pedoman Pokok-Pokok Sholawat Wahidiyah & Ajaran Wahidiyah. (Dewan Pimpinan Pusat Penyiar Sholawat Wahidiyah: 2011). hal. 29.
[3] Al-Qur’an dan Terjemah Pararel Idonesia Inggris, Departemen Agama RI, (Solo: Al-Qur’an Qomari, 2010), hal. 113.
[4]   Nafsu yang senantiasa memerintah / mengajak perbuatan buruk / jahat.
[5] Asy-Syekh Dhiyauddin Ahmad Mushtofa Al-Kamsyakhonawy An Naqsyabandy.Jami’ul-Ushul Fil-Auliya. Al-Haromain Singapura-Jedah-Indonesia
[6] Pedoman Pokok-Pokok Sholawat Wahidiyah & Ajaran Wahidiyah. (Dewan Pimpinan Pusat PenyiarSholawat Wahidiyah: 2011). hal. 2
[7] Pedoman Pokok-Pokok Sholawat Wahidiyah & Ajaran Wahidiyah. (Dewan Pimpinan Pusat PenyiarSholawat Wahidiyah: 2011). hal. 2
[8] Pedoman Pokok-Pokok Sholawat Wahidiyah & Ajaran Wahidiyah. (Dewan Pimpinan Pusat PenyiarSholawat Wahidiyah: 2011). hal. 5
[9] Ruhan Sanusi, Mohmammad. Kuliah Wahidiyah Untuk Menjernihkan Hati Dan Ma’rifat Billah Wabirosuulihi SAW. (Dewan Pimpinan Pusat Penyiar Sholawat Wahidiyah: 2010). Cet. XIII. hal. 228
[10] Tuntunan Mujahadah & Acara-Acara Wahidiyah (Dewan Pimpinan Pusat Penyiar Sholawat Wahidiyah: 2014) hal. 5
[11] Abu Hamid Al-Gzaly. Ihya Ulmuddin. (Surabaya: Haroimain. tt). Bab Sholat. Lihat juga Syekh Yusuf bin Ismail an-Nabhasni, Sa’adatud Daroini. (Bairut: Libanun Daarul Maktabah Al-Ilmiyah : 2002) Cet: III. hal. 223.
[12] Syekh Zaini Dakhlan.Taqribul-Ushul Fii Tashiilil Wushul Fii Ma`rifatir-Robbi War-Rosuul r. hal: 157. Lihat juga Kifayatul-Atqiyaa, hal. 48
[13] Tuntunan Mujahadah & Acara-Acara Wahidiyah (Dewan Pimpinan Pusat Penyiar Sholawat Wahidiyah: 2014) hal. 8-10
[14] Tuntunan Mujahadah & Acara-Acara Wahidiyahhal. 10-11
[15]   Nafsu yang senantiasa memerintah / mengajak perbuatan buruk / jahat.

0 komentar:

Posting Komentar