PRATEK PENGALAMAN LAPANGAN
Pratek Pengalaman Lapangan Sekolah Tinggi Agama Islam Attahdzib Jombang Di MTs. Darussalam Ngoro Jombang
Kuliah Kerja Nyata STAI Attahdzib 2014
KKN STAI Attahdzib Jombang yang bertempat di Desa Pengaron Kec. Mojowarno kab. Jombang
PESANTREN ATTAHDZIB JOMBANG
Pondok Pesantren Attahdzib Ngoro Jombang (Asrama Putra)
KANTOR DPP PSW
Sekretariat Dewan Pimpinan Pusat Penyiar Sholawat Wahidiyah (DPP PSW)Yang bertempat di Rejoagung Ngoro Jombang
PESERTA KKN STAI ATTAHDZIB 2014 JOMBANG
DARI KIRI ATAS: Abdul Majid Haqqi, M. Ali Musyafa', Haris Rusiandi, Shohihul Huda, M. Zaki Faiz, Ibnu Mas'ud Luthfi, M.Pd.I (DPL),Ghofar Andriansyah, M. Mahfudz, M. Mamba'ul Hulum, M. Ulumuddin. DARI KIRI BAWAH: Nur Sania Turohmah,Luthfi Indriyani, Lailatul khafidah, Sentia Anjani.
Rabu, 19 April 2017
Mujahadah Wahidiyah
22.04
No comments
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Alloh
Subhanahu wata'ala, memberi kepada setiap manusia dua rangakaian bentuk
kekuatan. Kekuatan lahir dan kekuatan bathin, kekuatan jasmani dan kekuatn
rohani. Kedua-duanya harus dipergunakan oleh manusia untuk memperoleh keselamatan
dan kebahagian hidup di dunia dan di Akhirat. Hanya menggunakan kemampuan lahir
saja berarti menyia-nyiakan pemberian Alloh yang berupa kemampuan bathin dan
masih tersesat, kemudian terjerumus kepada kehancuran. Begitu juga hanya
menggunakan kekuatan bathin saja juga termasuk penyelewengan, yakni tidak mensyukuri ni’mat pemberian Alloh
berupa kekuatan lahir dan oleh karena itu tidak akan mencapai apa yang
dicita-citakan, terkecuali yang mendapat fadlol khusus dari Alloh Subhanahu
wata'ala. Kemampuan rohani dan kemampuan jasmani harus dipergunakan seirama dan
seimbang.
Kemampuan
bathin yang dimaksud di sini ialah kemampuan berdo’a /bermunajat kepada Alloh
Subhanahu wata'ala, memohon petunjuk dan
pertolongan-Nya.
Mari kita sama-sama
koreksi pada diri kita masing – masing. Mari kita sama-sama memperbanyak do’a
kepada Alloh Subhanahu wata'ala ! Al-hamdulillah di dalam Wahidiyah kita dididik, dibimbing, dituntun
menggunakan kekuatan bathin kita dengan berdo’a, ber-dhepe-dhepe, ber-munajat
ke Hadlirot Alloh Subhanahu wata'ala,
memohon syafaat kepada Rosulloh Shollallohu'alaihiwasallam dan memohon barokah,
karomah dan nadhroh Ghoutsi Hadzaz Zaman wa A’waanihi wasa’iri Auliyaaillahi
Rodliyalloohu ta'ala 'anhum. Yaitu dengan me-laksanakan MUJAHADAH WAHIDIYAH.[1]
Mujahadah, secara umum
artinya berjuang, bersungguh-sungguh. Bersungguh-sungguh memerangi hawa nafsu
untuk diarahkan kepada FAFIRRUU ILALLOOHI wa ROSUULIHII Shollaalloohu ‘Alaihi
Wasallam.
Didalam Wahidiyah,
mujahadah dilaksanakan dengan pengamalan Sholawat Wahidiyah menurut cara-cara
dan adab-adab yang ditentukan. Dasar atau dalil-dalil hubungan soal Mujahadah antara
lain seperti dibawah ini[2]:
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَٱبۡتَغُوٓاْ إِلَيۡهِ ٱلۡوَسِيلَةَ
وَجَٰهِدُواْ فِي سَبِيلِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ ٣٥
Artinya:
”Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya,
dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan”.(Q. Surat
(5) Al-Maidah ayat 35).[3]
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian Mujahadah Wahidiyah?
2.
Apa dasar-dasar mujahadah dan keuntungannya?
3.
Apa adab-abad Mujahadah Wahidiyah?
C.
Tujuan Pembahasan
1.
Untuk mengetahui dan memahami apa pengertian Mujahadah
Wahidiyah.
2.
Untuk mengetahui dan memahami Apadasar-dasar mujahadah
dan keuntungannya.
3.
Untuk mengetahui dan memahami Apaadab-abad Mujahadah
Wahidiyah.
BAB
II
MUJAHADAH
WAHIDIYAH
Ta’rif
(definisi) mujahadah menurut arti bahasa, syar’i, dan istilah ahli hakikat
sebagaimana dimuat dalam kitab Jami’ul Ushul Fil-Auliya, hal 221:
أَمَّاالْمُجَاهَدَةُ فَهيَ فِي اللُّغَةِ الْمُحَارَبَةُ وَفِي
الشَّرْعِ مُحَارَبَةُ أَعْدَآءِ اللهِ،
وَفِي اصْطـِلاَحِ أَهْلِ الْحَـقِـيْقَةِ مُحَــارَبَةُ النَّفـْسِ الأَمَّارَةِ
بِالسُّوْءِ وَتَحْمِيْلُهَا مَا شَقَّ عَلَيْـهَا ِممَّا هُوَ مَطْلـُوْبٌ
شَرْعًا. وَقَالَ بَعْضُـهُمْ : الْمُـجَاهَدَةُ مُخَالَـفَةُ النَّفْسِ، وَقَالَ
بَعْضُهُمْ : المـُجَاهَدَةُ مَنْعُ النَّفْسِ عَنِ الْمَـأْلُوْفَاتِ.
“Arti
mujahadah menurut bahasa adalah perang, menurut syara’ adalah perang melawan
musuh-musuh Alloh, dan menurut istilah ahli hakikat adalah memerangi nafsu
amarah bis-suu’[4]dan
memberi beban kepadanya untuk melakukan sesuatu yang berat baginya yang sesuai
dengan aturan syara’ (agama). Sebagian Ulama’ mengatakan : "Mujahadah
adalah tidak menuruti kehendak nafsu”, dan ada lagi yang mengatakan :
“Mujahadah adalah menahan nafsu dari kesenangannya”.[5]
Di dalam Wahidiyah
yang dimaksud “Mujahadah” adalah bersungguh-sungguh memerangi dan menundukkan
hawa nafsu (nafsu ammarah bis-suu’) untuk diarahkan kepada kesadaran “FAFIRRUU
ILALLOOH WAROSUULIHI” .[6]
MUJAHADAH WAHIDIYAH adalah pengamalan Sholawat Wahidiyah atau bagian dari
padanya menurut adab, cara dan tuntunan yang dibimbingkan oleh Muallif Sholawat
Wahidiyah sebagai penghormatan kepada Rosululloh dan sekaligus merupakan do’a permohonan kepada Alloh
, bagi diri pribadi dan keluarga, baik yang masih
hidup maupun yang sudah meninggal dunia, bagi bangsa dan negara, bagi para
pemimpin mereka di segala bidang, bagi ummat masyarakat jami’al ‘alamin, dan
seluruh makhluq ciptaan Alloh .[7]
1.
Firman Alloh
وَالَّذِينَ
جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللهَ لَمَعَ
الْمُحْسِنِينَ (العنكبوت:69).
“Dan
orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridloan) Kami,
benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan
sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik”. (al-Ankabut : 69)
2.
FirmanAlloh
وَجَاهِدُوا فِي
الله ِحَقَّ جِهَادِه...
الآية( الحج : 78)
“Dan berjihadlah (bersungguh-sungguhlah) kamu
menuju pada Alloh dengan sebenar-benarnya jihad …….. (Al-Hajji :78 )
Hadits
Nabi :
رَجَعْنَا مِنَ الْجِهَادِ
اْلأَصْغَرِ اِلَى الجِـهَادِ اْلأَكْبَرِ , قَالُوْا يَارَسُوْلَ اللهِ وَمَا
الْجِـهَادُ اْلأَ كْبَرُ ؟ قَالَ : جِـهَادُ النَّفْسِ)رواه البيهقىعن جابر فى كتاب
الزهد الكبير)]الجزء : 2، رقم : 373[.
“Kita baru kembali dari perang kecil akan menghadapi perang besar.
Para Shahabat bertanya: YA Rosulalloh gerangan apakah perang besar itu ?Rosululloh
menjawab: “Perang melawan Nafsu”.
3.
Hadits Nabi :
"الْمُجَـاهِدُ مَنْ
جَاهَدَ نَفْسَهُ فِي اللهِ عَزَّ وَجَلَّ")رَوَاهُ
التّرْمِذِى وَالطَّبْرَانى وَابْنُ حِبَّانَ وَالْحَاكِمُ عَنْ فَضَالَةَ بن
عُبَيْدٍ، حسن صحيح)
Orang yang berjihad (bermujahadah) adalah orang yang
memerangi nafsunya dalam (pendekatan dirinya kepada) Alloh, (HR At-Tirmidzi, At-Thabrani, Ibnu
Hibban dan Al-Hakim, dari Fadlolah bin ‘Ubaid).
4.
Hujjatul-Islam Imam Ghozali dalam Ihya’nya menyebutkan
:
الْمُجَاهَدَةُ مِفْتَاحُ الْهِدَايَةِ لاَمِفْـتَاحَ لَهَا سِوَاهَا . (احياء علوم الدين، الجزء الأول : 39).
Mujahadah adalah kunci (pintu) hidayah,
tidak ada kunci hidayah selain mujahadah.
5.
Dawuh
Muallif Sholawat Wahidiyah :
مَنْ لَيْسَ لَهُ مُجَاهَدَةُ لَيْسَ لَهُ مُشَاهَدَةُ
“Barang
siapa tidak bermujahadah
dia tidak akan bisa mencapai musyahadah (Syuhud / sadar kepada Alloh).
a.
LILLAH Artinya, segala amal
perbuatan apa saja, perbuatan lahir dan perbuatan batin, baik yang wajib, yang
sunnah dan yang mubah, lebih-lebih yang berhubungan langsung dengan Allah wa
Rasuulihi Shollallohu'alaihiwasallam.
b.
BILLAH artinya, di dalam
segala perbuatan dan gerak gerik lahir maupun batin, di manapun dan kapan saja,
supaya hati kita senantiasa merasa dan beri’tikad bahwa yang men-ciptakan dan
menitahkan itu semua adalah ALLAH Subhanahu wata'alaTuhan Maha Pencipta.
c.
LIRROSUL artinya segala amal
ibadah atau perbuatan apa saja, asal tidak melanggar syariat Rasul, disamping
disertai niat LILLAH seperti di atas, supaya juga disertai niat mengikuti
tuntunan Rasulullah Shollallohu'alaihiwasallam! Jadi dalam segala hal perbuatan
apa saja asal tidak melanggar Syariat Islam, niatnya harus dobel. Ya’ni niat
LILLAH dan niat LIRROSUL.
d.
BIRROSUL artinya Jadi,
dalam segala langkah dan gerak-gerik kita lahir maupun batin yang bagaimanapun
saja asal tidak melanggar syari’at Rasul Shollallohu'alaihiwasallam,hati kita
harus merasa menerima jasa dari Rasulullah Shollallohu'alaihiwasallam.
e.
LILGHOUTS
artinya disamping niat ikhlas kepada Allah dan niat mengikuti tuntunan
Rasulullah Shollallohu'alaihiwasallam,
supaya ditambah lagi niat mengikuti bimbingan Ghoutsu Hadza Zaman
Rodliyallohu'anhu.
f.
BILGHOUTS
artinyamenyadari dan merasa bahwa kita senantiasa mendapat bimbingan ruhani
dari Ghoutsu Haadza Zaman Rodliyalloohu 'anhu. Sesungguhnya bimbingan rohani dari
Ghoutsu Haadza Zaman Rodliyallohu'anhu.[9]
2.
Hatinya hudlur berkonsentrasi kepada Alloh .
Sabda Nabi :
الإِحْسَانُ أَنْ
تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ(رَوَاهُ
الْبُخَارِي وَمُسْلِمٌ عَن أبي هُريْرَةَ).
“Penerapan “ihsan” yaitu engkau beribadah kepada Alloh
seakan-akan melihat-Nya, maka apabila belum bisa sadarilah sesungguhnya Alloh melihat
kamu (HR Bukhari dan Muslim dari Abi
Hurairoh )
3.
ISTIHDLOR, yakni merasa berada di
hadapan Rosululloh , waGhoutsu Hadzaz Zaman , dengan
ketulusan hati, ta’dhim
(memuliakan), mahabbah (mencinta)
sedalam-dalamnya dan semurni-murninya.[10]
a. Imam
Al-Ghozali berkata :
وَقَبْلَ قَوْلِكَ
"السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبـِىُّ" أَحْضِرْ شَخْصَـهُ
الْكَرِيْمَ فِي قَلْـبِكَ وَلْيـُصَدِّقْ أَمَلَكَ فِي أَنَّهُ يَبْلُغُهُ
وَيَرُدُّ عَلَيْكَ بِمَا هُوَ أَوْفَى(ألإحيآء في باب الصلاة وفي سعادة الدرين :صــ 223).
“Sebelum kamu mengucapkan "السـَّلاَمُ عَلَيْكَ
أَيُّهَا النَّبـِىُّ"(pada saat tahiyat) hadirkan pribadi Beliau yang mulia dalam
hatimu dan mantapkan angan-anganmu bahwa salam kamu sampai pada Beliau dan
Beliau menjawabnya dengan jawaban yang lebih tepat” (Dalam
kitab Ihya’ bab sholat dan Sa’adatut Daroini hal. 223 )[11]
b. Dalam
Kitab Jami’ul Ushul hal. 48 :
قَلْبُ الْعَارِفِ
حَضْـرَةُ اللهِ وَحَوَاسُهُ أَبْوَابُهَا، فَمَنْ تَقَرَّبَإِلَيْهِ بِالْقُرْبِ
الْمُلاَئِمِ لَهُ فُتـِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الْحَضْرَةِ.
Hatinya orang ‘Arif Billahitu
merupakan hadlrotulloh dan indranya sebagai pintu-pintu hadlroh. Maka barang
siapa yang mendekatkan diri kepada Beliau dengan pendekatan yang serasi
(sesuai) dengan kedudukan Beliau, akan terbuka-lah baginya pintu-pintu hadlroh
(sadar kepada Alloh ).
c.
Dalam kitab As-Syifa’
hal. 32: Syaikh Abu Ibrahim At-Tajibi berkata :
وَاجِبٌ عَلَى
مُؤْمِنٍ مَتَى ذَكَرَهُ
أَوْ ذُكِرَ عِنْدَهُ أَنْ يَخْضَعَ وَيَتَوَقَّرَ وَيَسْكُنَ مِنْ حَرَكَتـِهِ
وَيَأْخـُذَ فِي هَيْبَتِهِ وَإِجْلاَلِـهِ بـِمَا كَانَ يَأْخُـذَ نَفْسَهُ وَيَتَمَلَّلَهُ
فَكَأَنَّهُ عِنْدَهُ أوْ كَانَ بيْنَ يَديْهِ وَيَتَأَدَّبَ بِمَا أَدَّبَنَا اللهُ بِهِ مِنْ
تَعْظِيْمِهِ وَتَكْرِيْمِهِ ...
الخ
“Setiap orang yang
beriman ketika menyebut Nabiatau nama Beliau disebut, diwajibkanmenunduk,
memuliakan dan diam (tidak bergerak) sertaberusahmengagungkandanmemuliakansebagaimanaberhadapan
langsung serta memba-yangkan seakan-akan berada di hadapan Beliau, dan beradab
dengan adab-adab yang telah diajarkan oleh Alloh yaitu ta’dhim (mengagu-ngkan) dan takrim (memuliakan) Beliau, …..”
4.
TADZALLUL yakni
merasa rendah diri dan merasa hina sehina-hinanya akibat
perbuatan dosanya.
Dalam kitab “Taqribul
Ushul”, hal. 157 disebutkan,
اَلإِقْبَالُ عَلَى
اللهِ (ورسوله) بِشِدَّةِ
الذُّلِّ وَاْلاِنْكِسَارِمَعَ التَّـبَـرِّى عَنِ الْحَوْلِ وَالْقُوَّةِ أَصْلُ
كُلِّ خَيْرٍ دُنْيَوِيٍ وِأُخْرَوِيٍ
“Menghadap kepada Alloh
dengan merasa hina dan merasa butuh adalah pangkal segala kebaikan”.[12]
5.
TADHOLLUM yakni merasa penuh
berlumuran dosa dan banyak berbuat dholim. Dholim dan dosa terhadap Alloh , wa Rosuulihiwa Ghoutsi
Hadzaz Zaman . Dosa
terhadap kedua orang tua. Anak, keluarga, saudara, tetangga, terhadap bangsa,
negara dan sebagainya terhadap semua makhluq yang ada hubungan hak dengan kita.
Ingat dan
merasa sedalam-dalamnya bahwa diri kita termasuk dalam Firman Alloh
إِنَّ الإِنْسَانَ
لَظَــلُوْمٌكَــفَّارٌ(14- ابرهيم : 34 ).
“Sesungguhnya manusia itu selalu berbuat dlolim dan kufur” (QS.
14 - Ibrohim : 34).
6.
IFTIQOR yakni merasa butuh sekali, butuh terhadap
maghfiroh (ampunan), perlindungan dan taufiq hidayah Alloh , butuh
syafa’at tarbiyah Rosululloh , butuh
barokah nadhroh dan do’a restu Ghoutsu Hadzaz Zaman Wa A’waanihi wasaa’iri
Auliyaa’i Ahbaabillah Rodliyallohu
Anhum.
7.
Bersungguh - sungguh
dan berkeyakinan bahwa mujahadah / do’anya akan dikabulkan oleh Alloh .
Tidak
ragu-ragu dan putus asa meskipun belum ada tanda-tanda di ijabahi
(kabulkan).
Sabda Nabi :
اُدْعُوا اللهَ
وَأَنْتُمْ مُوْقِنُوْنَ بِالإِجَابَةِ وَاعْلَمُـوْا أَنَّ اللهَ
لاَيَسْتَجـِيْبُ دُعَآءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ(رواه الطبرني والترمذي والحاكم عن أبي هريرة ).
“Berdo’alah kepada Alloh dengan berkeyakinan bahwa (do’a-mu)
diijabahi; dan ketahuilah bahwasa-nya Alloh tidak mengijabahi do’a dari hati yang lupa dan
lalai”. (HR. Turmudzi dan Hakim, dari Abi Hurairoh .)
Sabda Nabi :
اِذَا دَعَوْتُمْ
فَأَيْقِـنُوْا بِالْإِجَابَةِ (رواه الترمذى عن ابى هريرة)
“Jika kamu sekalian berdo’a
maka berkeyakinanlah bahwa do’amu diijabahi” (H.R. Tirmidzi dari Abi Huroiroh).
Sabda Nabi :
يُسْتَجَابُ
لِأَحَدِكُـمْ مَا لَمْ يَعْـجَلْ فَيَقُـولُ قَدْ دَعَوْتُ رَبِّي فَلَمْ
يَسْتَجِبْ لِي(رواه مسلم عن أبي
هريرة).
“Do’a salah satu dari kalian akan diijabahi selagi tidak
terburu-buru, maka berkata “Aku telah berdo’a dengan bersungguh-sungguh kepada
Tuhanku namun Dia tidak mengijabahi do’a-ku”. (H.R. Muslim dari Abi Hurairah ).
8.
Disamping memohon untuk diri sendiri dan
sekeluarga supaya memohonkan bagi ummat dan masyarakat, bangsa negara dan
seterusnya. Pokoknya bagi semua yang ada hubungan hak dengan kita, lebih-lebih
mereka yang kita rugikan, moril atau materiil, baik yang masih hidup maupun
yang sudah meninggal dunia. Secara umum dan garis besar, yang dimohonkan adalah
maghfiroh, hidayah, taufiq dan barokah.
Sabda Nabi :
الرَّاحِمُونَ
يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا مَنْ فِى الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْفِى
السَّمَاءِ(رواه الترمذي عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو).
“Orang-orang yang mengasihi dan menyayangi (kepada sesama) akan
dikasih-sayangi oleh Alloh Yang Maha Pengasih. Kasih sayangilah orang-orang yang ada di bumi maka kalian akan dikasihi oleh yang berada dilangit. (HR. At-Tirmidzi dari Abdulloh bin ‘Amrin)
9.
Bacaannya supaya tartil
sesuai dengan makhroj, tajwid dan mad (panjang
pendeknya) serta tanda baca yang tepat. [13]
10. Gaya, lagu, sikap, dan cara
pelaksanaannya supaya sesuai dengan tuntunan dari Muallif Sholawat Wahidiyah . (Pelajari
kaset mujahadah Muallif).
11. Bacaan makmum tidak boleh mendahului bacaan imamnya
dan juga tidak boleh terlalu jauh ketinggalan (Jawa, dlewer). Bacaan dan
suara harus seragam. Tidak
boleh terlalu tinggi dari suara Imam ! Paling - paling sama atau lebih rendah
sedikit.
12. Bagi
yang terpaksa tidak dapat mengendalikan kerasnya suara, supaya mengambil jarak
dari mikrofon agar tidak menggangu / mempengaruhi yang lain.
13. Lagu
“Tasyaffu’” harus seragam mengikuti tuntunan yang diberikan oleh
Hadlrotul-Mukarrom Muallif Sholawat Wahidiyah. Tidak boleh membuat ghoyah
atau variasi sendiri.Yang mengetahui kesalahan mengenai lagu (juga mengenai
keseragamanmujahadah)berkewajiban mengingat-kan dengan cara bijaksana. Bagi
yang sukar untuk mengadakan penyesuaian, jangan berada di dekat mikrofon, atau
untuk sementara waktu tidak boleh memimpin lagu “Tasyafu’” atau menjadi imam mujahadah.
Agar kekeliruannya tidak menular kepada yang lain.
14. Jika
mengalami pengalaman batin, tangis atau jeritan supaya dikendalikan dan
dimanfaatkan sekuat mungkin untuk lebih mendekat kepada Alloh waRosuulihi . Jangan sampai menimbulkan
gangguan terhadap lingkungannya.[14]
BAB III
KESIMPULAN
Ta’rif
(definisi) mujahadah menurut arti bahasa, syar’i, dan istilah ahli hakikat
sebagaimana dimuat dalam kitab Jami’ul Ushul Fil-Auliya, hal 221: Arti mujahadah menurut bahasa adalah perang,
menurut syara’ adalah perang melawan musuh-musuh Alloh, dan menurut istilah ahli
hakikat adalah memerangi nafsu amarah bis-suu’[15]dan
memberi beban kepadanya untuk melakukan sesuatu yang berat baginya yang sesuai
dengan aturan syara’ (agama). Sebagian Ulama’ mengatakan : "Mujahadah
adalah tidak menuruti kehendak nafsu”, dan ada lagi yang mengatakan :
“Mujahadah adalah menahan nafsu dari kesenangannya.
Di dalam Wahidiyah
yang dimaksud “Mujahadah” adalah bersungguh-sungguh memerangi dan menundukkan
hawa nafsu (nafsu ammarah bis-suu’) untuk diarahkan kepada kesadaran “FAFIRRUU
ILALLOOH WAROSUULIHI”
MUJAHADAH WAHIDIYAH adalah pengamalan Sholawat
Wahidiyah atau bagian dari padanya menurut adab, cara dan tuntunan yang
dibimbingkan oleh Muallif Sholawat Wahidiyah sebagai penghormatan kepada
Rosululloh dan
sekaligus merupakan do’a permohonan kepada Alloh ,
bagi diri pribadi dan keluarga, baik yang masih hidup maupun yang sudah
meninggal dunia, bagi bangsa dan negara, bagi para pemimpin mereka di segala
bidang, bagi ummat masyarakat jami’al ‘alamin, dan seluruh makhluq ciptaan
Alloh .
Dasar-dasar mujahadah dan keuntungannya SEBAGAIMNA
FIRMAN Alloh SWT dalam Al-Qur’an surat Ankabut: 69 dan firman Alloh SWT dalam
Al-Qur’an surat Al-Hajji :78 dan juga hadit Nabi SAW yang
diriwayahkan oleh At-Tirmidzi, At-Thabrani, Ibnu Hibban dan Al-Hakim, dari Fadlolah
bin ‘Ubaid dan Hujjatul-Islam Imam Ghozali dalam Ihya’nya dan juga Dawuh
Muallif Sholawat Wahidiyah :
مَنْ لَيْسَ لَهُ مُجَاهَدَةُ لَيْسَ لَهُ مُشَاهَدَةُ
“Barang siapa tidak bermujahadah
dia tidak akan bisa mencapai musyahadah (Syuhud / sadar kepada Alloh).
1.
Dijiwai LILLAH-BILLAH, LIRROSUL-BIRROSUL,
LILGHOUTS-BILGHOUTS!
2.
Hatinya hudlur berkonsentrasi
kepada Alloh .
3.
Merasa ISTIHDLOR,
4.
Merasa TADZALLUL
5.
Merasa TADHOLLUM
6.
Merasa IFTIQOR
7.
Bersungguh - sungguh dan berkeyakinan bahwa mujahadah / do’anya akan dikabulkan oleh Alloh .
8.
Secara umum dan garis besar, yang dimohonkan adalah maghfiroh,
hidayah, taufiq dan barokah.
9.
Bacaannya supaya tartil sesuai dengan makhroj, tajwid dan mad
(panjang pendeknya) serta tanda baca yang tepat.
[1] Ruhan Sanusi, Mohmammad. Kuliah Wahidiyah Untuk Menjernihkan Hati Dan
Ma’rifat Billah Wabirosuulihi SAW. (Dewan Pimpinan Pusat Penyiar Sholawat
Wahidiyah: 2010). Cet. XIII. hal. 228
[2] Pedoman Pokok-Pokok Sholawat Wahidiyah & Ajaran Wahidiyah. (Dewan Pimpinan Pusat Penyiar Sholawat Wahidiyah: 2011). hal. 29.
[3] Al-Qur’an dan Terjemah Pararel Idonesia Inggris, Departemen Agama RI, (Solo:
Al-Qur’an Qomari, 2010), hal. 113.
[5] Asy-Syekh Dhiyauddin Ahmad Mushtofa Al-Kamsyakhonawy An Naqsyabandy.Jami’ul-Ushul
Fil-Auliya. Al-Haromain Singapura-Jedah-Indonesia
[6] Pedoman Pokok-Pokok Sholawat Wahidiyah & Ajaran Wahidiyah. (Dewan Pimpinan Pusat PenyiarSholawat Wahidiyah: 2011). hal. 2
[7] Pedoman Pokok-Pokok Sholawat Wahidiyah & Ajaran Wahidiyah. (Dewan Pimpinan Pusat PenyiarSholawat Wahidiyah: 2011). hal. 2
[8] Pedoman Pokok-Pokok Sholawat Wahidiyah & Ajaran Wahidiyah. (Dewan Pimpinan Pusat PenyiarSholawat Wahidiyah: 2011). hal. 5
[9] Ruhan Sanusi, Mohmammad. Kuliah Wahidiyah Untuk Menjernihkan Hati Dan Ma’rifat
Billah Wabirosuulihi SAW. (Dewan Pimpinan Pusat Penyiar Sholawat Wahidiyah:
2010). Cet. XIII. hal. 228
[10] Tuntunan Mujahadah & Acara-Acara
Wahidiyah (Dewan Pimpinan Pusat Penyiar
Sholawat Wahidiyah: 2014) hal. 5
[11] Abu Hamid
Al-Gzaly. Ihya Ulmuddin. (Surabaya: Haroimain. tt). Bab Sholat. Lihat
juga Syekh Yusuf bin Ismail an-Nabhasni, Sa’adatud Daroini. (Bairut:
Libanun Daarul Maktabah Al-Ilmiyah : 2002) Cet: III. hal. 223.
[12] Syekh Zaini Dakhlan.Taqribul-Ushul Fii Tashiilil Wushul Fii
Ma`rifatir-Robbi War-Rosuul r. hal: 157. Lihat juga Kifayatul-Atqiyaa, hal.
48
[13] Tuntunan Mujahadah & Acara-Acara Wahidiyah (Dewan Pimpinan Pusat Penyiar Sholawat Wahidiyah: 2014) hal. 8-10
Langganan:
Postingan (Atom)